Kereta Ekonomi Progo terus
melaju menjauh dari kota itu. Kota yang membesarkanku dengan segala kenangan
pahit dan manisnya. Jakarta. Entah kapan aku bisa kembali. Pertanyaan yang
muncul ketika aku mulai menjauhinya, jauh. Hingga tak dapat kulihat lagi.
Aku
tidak pernah membayangkan, bahwa hari itu akan terjadi. Seperti hari, ketika
Bunda pergi untuk selamanya, atau ketika Kak Radit meninggalkan rumah. Hari
yang membuat aku harus pergi dari Jakarta. Hari ketika Papa harus mengakui
kesalahannya dan membiarkan polisi membawanya. Papa terlibat korupsi. Atau
entahlah sebutannya bagi seorang yang melakukan itu. Sedikit menggelapkan dana
perusahaan. Walalu sedikit sebutannya akan sama saja dengan semua kasus di
Negara ini, yang nilainya melebihi dari penggelapan yang dituduhkan pada papa.
Senin, 2 Januari 2012,
pukul 20.00, ketika aku baru selesai dengan tugas kuliahku. Papa sedang lembur
di ruang kerja di kamarnya, kebiasaannya di hari Senin, hari yang sibuk hingga
menjelang pagi. Aku tidak begitu mendengar suara Bi’ Minah yang mengetuk kamar
Papa, lalu Papa keluar. Aku mendengar ketika, suara kaki Papa yang khas ketika
melewati tangga. Seperti tergesa, seperti panik. Sebentar kubereskan buku-bukuku,
lalu keluar kamar.
Dari balkon lantai 2, aku bisa melihat keadaan di ruang
tamu lantai 1. Kulihat ada 3 pria, 1 berjaket kulit hitam, dan 2 orang lainnya
berseragam polisi. Ada jeda yang lama hingga muncul perdebatan di sana. Secara
paksa menyeret Papa untuk mengikuti mereka. Bi’ Minah terlihat bingung harus
bebuat apa. Akhirnya aku berlari turun dan menarik tangan Papa
“Mau dibawa kemana Papa saya?” tanyaku agak membentak
“Bapak Anggoro akan melakukan pemeriksaan di kantor atas
kasus penggelapan dana perusahaan. Maaf nona tolong lepaskan tangan anda, kami
akan membawanya malam ini.” Ujar lelaki berjaket kulit
Aku memandang Papa yang hanya menunduk. Tidak ada
perlawanan dari tubuhnya seakan menerima segala tuduhan itu. Aku menangis. Papa
sama sekali tidak memandangku. Perlahan kulepaskan tanganku. Pasrah melihat
mereka membawa papa. Melewati pintu menghilang dari pandanganku.
........The Old train which bring memory (1) selesai........ tunggu kelanjutan dari kisah ini ya,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar