Flower in your heart

Flower in your heart

Selasa, 27 November 2012

The Old train which bring memory (1)


 
Kereta Ekonomi Progo terus melaju menjauh dari kota itu. Kota yang membesarkanku dengan segala kenangan pahit dan manisnya. Jakarta. Entah kapan aku bisa kembali. Pertanyaan yang muncul ketika aku mulai menjauhinya, jauh. Hingga tak dapat kulihat lagi.
            Aku tidak pernah membayangkan, bahwa hari itu akan terjadi. Seperti hari, ketika Bunda pergi untuk selamanya, atau ketika Kak Radit meninggalkan rumah. Hari yang membuat aku harus pergi dari Jakarta. Hari ketika Papa harus mengakui kesalahannya dan membiarkan polisi membawanya. Papa terlibat korupsi. Atau entahlah sebutannya bagi seorang yang melakukan itu. Sedikit menggelapkan dana perusahaan. Walalu sedikit sebutannya akan sama saja dengan semua kasus di Negara ini, yang nilainya melebihi dari penggelapan yang dituduhkan pada papa.
Senin, 2 Januari 2012, pukul 20.00, ketika aku baru selesai dengan tugas kuliahku. Papa sedang lembur di ruang kerja di kamarnya, kebiasaannya di hari Senin, hari yang sibuk hingga menjelang pagi. Aku tidak begitu mendengar suara Bi’ Minah yang mengetuk kamar Papa, lalu Papa keluar. Aku mendengar ketika, suara kaki Papa yang khas ketika melewati tangga. Seperti tergesa, seperti panik. Sebentar kubereskan buku-bukuku, lalu keluar kamar.
            Dari balkon lantai 2, aku bisa melihat keadaan di ruang tamu lantai 1. Kulihat ada 3 pria, 1 berjaket kulit hitam, dan 2 orang lainnya berseragam polisi. Ada jeda yang lama hingga muncul perdebatan di sana. Secara paksa menyeret Papa untuk mengikuti mereka. Bi’ Minah terlihat bingung harus bebuat apa. Akhirnya aku berlari turun dan menarik tangan Papa
            “Mau dibawa kemana Papa saya?” tanyaku agak membentak
            “Bapak Anggoro akan melakukan pemeriksaan di kantor atas kasus penggelapan dana perusahaan. Maaf nona tolong lepaskan tangan anda, kami akan membawanya malam ini.” Ujar lelaki berjaket kulit
            Aku memandang Papa yang hanya menunduk. Tidak ada perlawanan dari tubuhnya seakan menerima segala tuduhan itu. Aku menangis. Papa sama sekali tidak memandangku. Perlahan kulepaskan tanganku. Pasrah melihat mereka membawa papa. Melewati pintu menghilang dari pandanganku.
........The Old train which bring memory (1) selesai
........ tunggu kelanjutan dari kisah ini ya,,,

Tidak ada komentar: